Jurnal

Kamis, 03 Maret 2022

Ukuran Kebahagiaan

Bagaimanakah anda mengukur kebahagiaan dalam hidup anda?

Apakah  ukuran kebahagiaan itu mutlak? apakah indikator kebahagiaan setiap orang sama?


Saya bertanya pada anak-anak  dan suami, ternyata ukuran kebahagiaan kami berbeda. Dan saya penasaran, bagaimana ukuran kebahagiaan anda? Untuk memetakan  ini saya mencoba melakukan sebuah survey tentang ukuran kebahagiaan. Adapun pilihan indikatornya adalah sebagai berikut:

1. Kekayaan yang melimpah

2. Memiliki Popularitas

3. Memiliki Jabatan

4. Memiliki barang branded

5. Bisa menikmati kebersamaan dengan keluarga 

6. Bisa berbagi kepada orang lain

7. Membuat orang lain tertawa

8. Ketemu idola

9. Punya banyak waktu luang

10. Bisa berlibur

11. Hati merasa tenang

12. Banyak bersyukur

13. Memili anak-anak yang membanggakan

14. dan lain-lain


Nomor berapakah ukuran kebahagiaan bagi hidup anda?

Mari kita lihat  ukuran kebahagiaan berdasarkan jawaban responden pada survey yang saya lakukan. 

Diagram jawaban Formulir. Judul pertanyaan: Yang mana saja pilihan di bawah ini yang membuatmu bahagia. Jumlah jawaban: 51 jawaban.
Hasil survey menunjukkan bahwa  berbagi kepada orang lain menduduki peringkat tertinggi (80,4%) ukuran kebahagiaan menurut responden. urutan kedua penentu kebahagiaan adalah saat bisa menikmati waktu bersama keluarga yaitu 72,5% dari jawaban responden. ukuran kebahagiaan berikutnya dirasakan saat hati tenang yaitu sebanyak 70,6 %. Banyak bersyukur 68,6 % dan punya anak yang membanggakan 51% berada di urutan 4-5 sebagai faktor penentu kebahagiaan seseorang.

Sementara itu popularitas, jabatan dan barang-barang mewah berada di posisi paling bawah bahkan bernilai 0% dalam penentu ukuran kebahagiaan. Begitu juga dengan kekayaan hanya dipilih oleh 27,5% responden.  Hasil survey ini cukup menarik, mengingat masyarakat disekitar kita berlomba-lomba untuk mendapat kekayaan, posisi, jabatan dan poularitas. bahkan banyak cerita yang mengabarkan bahwa demi kekayaan, popuaritas dan jababan orang berani mengorbankan banyak uang asal mendapatkan ke-3 point tersebut.

Lalu, jika kekayaan, popularitas dan jabatan tidak memberikan kebahagiaan pada kehidupan manusia, masih perlukah kerja keras mengejar dunia?

Eits tunggu dulu, jangan salah paham ya, bukan gak boleh mencari kekayaan, tapi jangan jadikan kekayaan sebagai tujuan utama, dan  jadikan kekayaan untuk bersyukur dan berbagi. kekayaan juga ujian lho buat yang memilikinya. Allah akan menguci apakah kita bersyukur? Allah juga menguji apakah kekayaan yang kita punya sebagai amanat Allah swa mampu kita berikan haknya kepada yang membutuhkan?


Sebut saja bi Edah. Dia seorang pekerja rumah tangga. dia orang miskin tapi bisa menikmati tinggal di Villa yang  besar dan mewah. Sementar Pak Rudi pemilik Villa tersebut hanya bisa menikmati tinggal disana  saat liburan saja. karena ia sibuk bekerja di kota besar. 
Dalam kisah  ini, Siapakah yang menikmati  Villa, siapakah yang bahagia?

Seorang anak dari keluarga kaya raya bernama Eva (nama samaran), mendapat fasilitas mewah dari orangtuanya, semua kebutuhan materi terpenuhi. Tapi kedua orangtuanya selalu sibuk bekerja, mereka tak punya waktu untuk mencurahkan kasih sayang pada anaknya. Cukupkah materi bagi Eva? Apakah Eva bahagia dengan situasi tersebut?

Gambar grafik di atas juga menunjukkan bahwa ukuran kebahagiaan manusia tidak sama. kenapa bisa  berbeda-beda?. Dr. K.H Jalaluddin Rakhmat (alm.) mengatakan bahwa "Bahagia adalah pilihan". Bahagia tidak terletak pada benda, tapi bahagia adalah rasa. 


                                 Bahagia itu sederhana makan dipinggir jalan bersama orang yang disayang

Rasa itu hanya kita yang tahu, rasa itu tak bisa diukur dengan materi, dan rasa bahagia itu kita yang tentukan.

Bahagia adalah sebuah kata sederhana yang memiliki jutaan makna. tiap orang bisa mengartikannya secara berbeda. hal yang sederhana bagimu bisa jadi menjadi kebahagiaan bagi orang lain, begitu juga sebaliknya.

                                              Bahagia saat bisa menikmati kebersamaan dengan keluarga

Kuncinya adalah kita yang tentukan, kita yang memilih mau bahagia dengan cara apa, dan mau bahagia seperti apa. 


Terakhir jangan lupa bersyukur. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran surah Ibrahim ayat 7

 وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ
Artinya: 
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.”

Saya jadi mengerti, kenapa berbagi kepada orang lain menjadi faktor ukuran kebahagiaan yang menempati posisi paling banyak dalam jawaban responden?  karena mereka telah merasakan bukti dari janji Allah dalam surah Ibrahim ayat 7. seteleh harta mereka dibagikan, Allah tambahkan lagi hartanya, Allah berikan rasa bahagia pada yang memberi, karena melihat kebahagiaan dari mereka yang menerima bantuan. 

Saya juga pernah melakukan survey sederhana dari aktivitas anak-anak di Sekolah Cerdas Muthahhari, kegiatan berbagi yang mereka lakukan telah memberikan arti bahagia kepada mereka. yang tertulis dalam sebuah buku "Berbagi Bahagia"

Para pembaca yang budiman, yuk memilih bahagia!


1 komentar :

  1. Bahagia ada di dalam hati. Bahagia itu di dalam diri masing masing jiwa. Terima kasih bu...tulisan tentang bahagia ini membuat saya makin bahagia. Tulisan yang bagus.😊

    BalasHapus

Back to Top