Jurnal

Kamis, 02 Juli 2020

Narges dan kelas Cerpen

Aku membaca kelas ada kelas cerpen. Mau daftarkan Hanum, tapi Hanum sudah daftar di kelas menulis Novel.   Akhirnya aku coba tawarkan pada Narges. 

Awalnya aku ragu menawarkan Narges kelas Cerpen, aku pikir Narges gak suka menulis kayak tetehnya.

Tapi ternyata Narges mau. Kelas menulis cerpen anakpun di mulai. Kak Uyun memulai dengan perkenalan.

Latihan pertama Narges masih malas menulis, dia memperkenalkan dirinya dengan voice note pada keyboard yang akan mengetik secara otomatis.

Hari kedua admin kelas memberi tugas latihan lagi. Narges mulai menikmati kelasnya.

Dia mulai mau koment dan memanggil bu Uyun "Kak Uyun" sambil ketawa, mungkin agak canggung karena biasa memanggil bu. Nomor kontak bu uyun, dia rubah dengan nama Kak Uyun.

Latihan hari ketiga, dia mulai punya inisiatif, aku mau tulisanku dikirim dalam bentuk pdf seperti salah seorang temannya di kelas itu. Maka kuperkenalkan word di hp. Tapi aku bilang, kalau di word gak bisa voice, harus ketik sendiri. " Iya enggak apa-apa" jawabnya. 

Saat melihat word di hp dia tertarik melihat template word yang bergambar. Diapun memilih salah satu yang dia suka dan mulai menulis lalu dikirim ke group dalam bentuk pdf.

Latihan berikutnya Nargea mulai bilang. "Bunda ternyata aku suka mengetik, gak perlu voice lagi" katanya " oh gitu teh, bunda mau dong baca". Awalnya dia gak mau aku baca, tapi akhirnya dia ijinkan asal baca pelas. Hanya aku yang boleh baca, papap dan tetehnya gak boleh baca. Saat membacanya aku tertegun, tak mengira narges bisa mendeskripsikan sesuatu dengan cukup detail. Susunan kalimatnya juga cukup sistematis. Aku tersenyum membacanya. 

Narges mulai menikmati kelasnya, dia bilang ini kelas aku, bunda gak boleh nulis atau baca2 group itu ya. Saat materi bu Anna dimulai pun,dia mau menyimak dengan seksama, karena materi bu Anna lewat voice note tampaknya dia pegal memegang hp terus. Aku lihat dia tampak sibuk cati solatif, ooh ternyata dia tempel solatif pafa punggung hp agar bisa menempel hp di dinding. Narges memang kreatif.  

Tadi malam materi hari kedua. Aku sangat lelah dan tidur lebih awal. Sebelum tidur aku pesan. "Teh lima menit lagi kelas bu Anna, jangan lupa ikuti materinya ya" pesanku sebelum masuk kamar. "Iya bun" jawabnya sambil asyik main sama tetehnya.

Saat aku sedang tidur Narges menghampiriku "Bun ide cerita aku sudah dibaca bu Anna, yang petualangan waterboom, aku gak bisa ganti tentang kereta dong" samar2 aku dengar Narges bicara membangunkanku.

Alhamdulillah Narges sudah mau belajar sendiri. Berarti dia mulai bertanggungjawab dan merasa perlu untuk belajar. 





Secangkir kehangatan

Hari ini saya pulang agak sore, tugas dinas luar dari sekolah baru usai jam 16.00. Kondisi cuaca sedang hujan, tapi aku harus pulang menembus derasnya air hujan yanv tampaknya tak akan reda dalam waktu cepat.

Sejak pukul 15.00 perasaanku sudah tidak tenang,membayangkan kedua putriku hang tinggal di rumah, mereka suka sedih kalau aku pulang terlambat.

Jadi walau sedang turun hujan, kupaksana untuk pulang menembus derasnya air yang mengguyur kota Bandung dan sekitarnya.

Sebelum sampai rumah aku mampir ke toko alat tulis. Kedua putriku meminta dibeliin spidol dan drawing pen.

Aku merasa harus membeli barang yamg mereka pesan karena aku tau seperlu apa mereka pada kedua benda itu. Dan lagi aku ingin membawanya sebagai oleh2 dan permohonan maaf atas keterlambatanku pulang ke rumah.

Sesampainya di rumah, putriku menyambutku dengan senyuman, lalu dia pergi ke dapur dan tampak sibuk menyiapkan sesuatu.

"Bunda jangan ke dapur ya, tunggu dulu di kamar!" Katanya setengah teriak dari dapur.
"Oke, di kamar mandi boleh gak" tanyaku.
" Iya boleh" jawabnya singkat.

Setelah beberapa saat dia datang menghampiriku. "Bunda tutup mata".
Aku keluar kamar mandi, Narges sudah berdiri di depan pintu. Dia membimbing tanganku dan memintaku untuk menutup mata.

"Tara!" Pekiknya riang
"Wah!", Ada secangkir energen hangat dan semangkuk baso hangat, di tambah senyuman hangat dan manis...
"Oooh I Love U" aku memeluknya, menciuminya, sebagai ungkap kebahagiaan ,syukur, dan terimaksih.

Kebaikannya segera aku balas.
Bunda juga punya hadiah buat teteh,
"Oh ya?" Dia penasaran
"Tutup mata dong!"
" Ulurkan tangannya!"
Lalu ku letakkan spidol di tangan kanannya dan drawing pen di tangan kirinya".

"Wah, terimakasih bunda"
Dia memeluk dan menciumku dengan senyuman mengembang indah di bibirnya.

Ah,bahagia sekali rasanya.
Beginilah cara kami saling membahagiakan.

Terimakasih ya Allah
Maka  "nikmat  yangmana lagi kau dustakan "


Back to Top