Jurnal

Kamis, 28 Mei 2020

Membaca Santai




Membaca santai

Usai syuting video sekolah, tenda yang digunakan sebagai property masih berdiri tegak di teras rumah.

Berada d rumah dalam jangka waktu yang sangat panjang karena Sosial Distancing, membuat anak-anak cepat bosan. Saya mengajak mereka melakukan hal-hal yang seru. Lebih tepatnya diseru-seruin.

Seperti hari ini. Saya membaca buku "Bidadari Surgawi" hadiah Quis Ramadhan dari ustadz Miftah.  Tanpa sadar aku lihat anak-anak ikut mengambil buku dan membaca.

Tiba-tiba terbersit sebuah ide.
"Baca buku di tenda yuk" ajak saya pada mereka
"Hayu" jawab mereka semangat.




Kedua putriku, Hanum dan Narges kemudian membawa buku mereka menuju tenda. Hanum merapihkan tenda, sedangkan Narges mengambil bantal dari kamar. Saya sendiri sibuk seting tripod kamera. Tentu saja ini moment berharga yang perlu saya abadikan.

Kami tidur bertelungkup mendekap bantal. Bagian kaki kami di dalam tenda, sedangkan kepala menghadap pintu tenda. Cahaya dari luar cukup menerangi pandangan  pada buku bacaan kami. Angin sepoy bertiup manja membeli rambut dan wajah kami.

"Ah...santai...serasa dipantai" ucap Narges.

Seru juga ya membaca seperti ini.
Besok-besok mungkin perlu dicari ide lain untuk menciptakan suasana membaca santai seperti ini.

Membaca tenang, hatipun senang.

Kamis, 28 Mei 2020

Minggu, 17 Mei 2020

Rezeki yang dibagi selalu kembali lagi

Pagi sekali, seorang kawan datang berkunjung. Mengantar titipan sarung untuk suami saya. Melihat sarung itu kami saling menatap. S"itu ko sama dengan yang kita kasih ke Wa Oo?" Ujarku berdecak kagum.

Suami saya tersenyum sambil berkata:
"Makanya jangan ragu untuk memberi. Insya Allah nanti akan Allah ganti"

Itu salah satu prinsif hidup yang dipegang teguh oleh suamiku. Dulu aku sempat ragu dengan kata2nya. Tapi menjalani hidup bersamanya membuatku merasakan bahwa kata-katanya itu benar.

Kami tak terlalu ambil pusing dengan uang. Karena kami yakin rezeki yang Allah berikan pada kami tak selalu berbentuk uang.

Bulan Ramadhan ini kami merasa sangat bersyukur. Rezeki terus datang tiada henti. Semakin d syukuri, semakin terua bertambah.

Aku dan suamiku bukan orang kaya. Tapi kami selalu merasa cukup. Tak bisa berbagi harta, kami berusaha melakukan perkhidmatan dengan sebaik-baiknya.

Di masa pandemi ini, kami mendapat amanah mengelola titipan dana untuk d bagikan kepada masyarakat yang terdampak covid-19. 

Buah dari penghidmatan ini mengalirkan banyak rezeki pada kami. Hampir setiap hari ada saja kiriman makanan tanda kasih dari tetangga, sahabat, kawan dan kolega.

Saya berusaha membalas kebaikan mereka dengan berkirim makanan sekemampuan saya. Tanpa diduga, rezekipun terus mengalir. 

Menjelang buka puasa, saya sebut nama-nama orang yang atas perantaraan mereka mengalir nikmat tuhan pada kami, doa pun kami panjatkan. Ini saya lakukan di depan anak-anak, agar mereka belajar bagaimana bersyukur dan mensyukuri setiap nikmat yang kami terima.

Terimakasih untuk kiriman Pizza,nasi liwet, martabak, labu kuning, gule, tengkleng, klapetart, kue kurma, cireng, perkedel, baso, kue kaleng, dan beragaman nikmat yang kami terima. 

Setiap kali aku sampaikan pada anak-anak
"Jangan pernah takut berkurang saat memberi. Percayalah Tuhan akan menggantinya dengan cara yang tak terduga.

Senin, 18 Mei 2020
Back to Top