Jurnal

Jumat, 26 Juni 2020

Buku dan Hangatnya Mentari

Pagi ini cuaca sangat cerah, matahari mulai membagikan cahaya dan panasnya ke seluruh permukaan bumi. Teras rumahku mulai hangat sejak jam 08.00.

Teteh Hanum yang sejak kemarin ingin menjemur  kasurnya segera berbenah.
Menyapu teras, membentangkan karpet dan mengangkat kasurnya dari kamar, tak lupa dia bawakan juga kasur adiknya. Hanum mengerjakannya sendiri sedangkan aku sedang asyik menyiram tanaman dan menyapu halaman.

Jam 09.00 alarm berbunyi. Kami punya kesepakatan untuk menyediakan waktu membaca setiap jam 9 pagi.

Anak-anak mulai menghentikan aktivitasnya, berhenti menonton TV, berhenti memainkan hp dan langsung memilih buku yang akan dibacanya.

Kasur yang sedang dijemur diluar tampak empuk dan hangat. Dari dalam rumah tampak seperti melambai mengajak kami bersantai disana. Anak-anak tiba2 mengajak membaca sambil berjemur. Wah asyik juga pikirku.

Membaca sambil bersantai dan berjemur di teras sangat mengasyikan. Semilir angin meniup lembut wajah dan tangan yang sedang memegang buku, cahaya mentari pagi menghangatkan tubuh. Segar rasanya.

Pagi ini kegiatan reading time terasa istimewa dan padat nutrisi. Cahaya matahari memberi nutrisi pada tubuh, dan buku yang dibaca memberi nutrisi pada jiwa.








Senin, 22 Juni 2020

Sama-sama Asyik

Malam ini, kami asyik dengan kegiatan kami masing-masing. Papap sedang ikut pengajian online, bunda sedang ikut pelatihan menulis online.

Anak-anak sudah pamit mau tidur.
Tiba-tiba aku mendengar suara dari kamar. Awalnya ribut biasa, lalu ngobrol, lama-lama terdengar suara bacaan yang terarah.

Penasaran aku tengok kamar anak-anak ternyata teteh lagi baca buku dengan nyaring, dan dede mendengar cerita yang dibacakan teteh sambil terbaring disampingnya.

Aku senang melihat mereka membaca. Membaca tanpa di suruh. Membaca sesuka hati. Membaca karena ingin.

Sebelum mereka menyadari kehadiranku dan merusak suasana indah ini, aku mundur perlahan dan kembali ke kelas onlineku, menyisakan senyum dan rasa bahagia.

Kamis, 11 Juni 2020

Menciptakan Suasana Baca

Saya takjub kalau lihat anak kecil asyik membaca di usia belianya. Tetap membaca walaupun teman seusianya asik lari-lari atau bermain gadget disekitarnya.  Dialah seorang anak teman saya. Lalu saya pun bertanya dan konsultasi pada ibunya. Kenapa yang ditanya ibunya?
Anaknya masih kecil tentu belum bisa saya ajak ngobrol serius, hehe 

Teman saya itu bernama Anna. Saat itu saya belum tau bahwa ternyata beliau adalah seorang penulis dan kepala sekolah perempuan. Orangnya lowprofil, jadi saat itu saya hanya mengenalnya sebagai seorang ibu rumah tangga yang anaknnya suka membaca sejak kecil.

Beliau hanya berbagi singkat pada saya.  isi dari pesannya kurang lebih seperti ini. Membaca itu harus dikondisikan, diberi contoh oleh orang tuanya dan dikondisikan, diciptakan suasana membaca, buku dekat dengan mereka, dll.

"Buku dengan mereka itu seperti apa bu?" Saya meminta penjelasan. 
"Misalnya simpan buku2 di dekat mereka. Kalau perlu biarkan buku berserakan di dekat mereka" tambahnya.

Dari penjelasan dan nasihatnya, saya kemudian berpikir dan berdiskusi dengan suami. Saya berpikir untuk membuat perpustakaan mini buat anak-anak saya. Lalu saya cari beberapa contoh perpustakaan ramah anak di google. Dan akhirnya saya mendapatkan sebuah ide.

Saya merubah sedikit suasana rumah. Lalu saya "mensulap" ruang TV menjadi perpustakaan. Saya membuat rak dinding sederhana untuk memajang buku-buku anak dengan tampilan cover buku menghadap kedepan.

Sayapun memulai suasana baca dengan membaca buku didepan mereka. Saya meminta ijin agar mereka memberi saya waktu membaca. 
"Anak2 ,bunda mau baca dulu ya, selama bunda membaca tidak ada yang minta makanan, tidak minta tolong bunda atau ngajak ngobrol bunda ya".
Pesan saya pada mereka.

Hari pertama membaca anak2 cukup kesal karena saya tidak bisa diganggu.
Hari kedua, saya bilang. "Daripada gangguin bunda, mending ikutan baca yuk".
Akhirnya mereka pun mulai ikut membaca.

Anak kedua saya baru kelas 1 SD waktu itu, dia belum bisa baca. Saya biarkan dia hanya melihat2 gambar di buku. Lalu saya bacakan buku untuknya. Setelah membacakan buku untuknya, saya bilang "De kalau bisa baca,asyik  lho. Gak harus minta tolong bunda bacain, bisa baca sendiri kapanpum dede mau".

Kalimat terakhir ini cukup membuatnya tertarik untuk bisa baca. Dan alhamdulillah dia bisa baca dengan cepat. Dan makin asyik membaca.


Back to Top